- Sastra Dalam Pengertian Umum
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti
“teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata
dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang
berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah
sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya
sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang
kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah
satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan
sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra
oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman
atau pemikiran tertentu.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan
Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi
adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu.
Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan
contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
2. Pengertian puisi dan Unsur-unsurnya
A. pengertian
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa,
dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa
Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet
dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat
suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang
suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
larik dan bait.
- Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
- Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
- Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
- Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
B. Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur,
yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling
mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan
sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata
(diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur
yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam
prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti
sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya
empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait
inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam
sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah
bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan
bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang
pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh
perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena
adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata
yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal),
atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah
salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh
rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi
pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun
tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan
bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui
makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar